Rabu, 28 Desember 2016

DIMANA KITA BERDIRI?

Tahukah Anda dimana dan pada situasi apa kita berdiri?

Kita berdiri..
Tepat di tengah kenyataan hanya 24 LAZ yang lolos, dari total 230 LAZ yang ada, dengan ribuan amil yang tengah menanti kepastian.

Kita berdiri,
Di tengah industri zakat yang sedang tumbuh. Bahkan Muhamadiyah tumbuh dari Rp 50 miliar ke Rp 400 miliar.

Kita berdiri,
Di antara nama-nama besar NGO sekuler nasional yang tengah terseok-seok kekeringan fundrising, baik dari lokal maupun lembaga donor. Namun kaya dalam perangkat intervensi dan portofolio.

Kita berdiri,
Di,antara sekian banyak paket regulasi yang alih-alih menumbuhkan partisipasi publik tapi malah mengerdilkan yang ada. Aturan yang menghukum orang berbuat baik, tapi membiarkan pengumpulan uang yang digalang orang jahat dari kantong umat Islam.

Kita berdiri,
Di,antara 11% penduduk miskin, atau sekitar 28 juta jiwa. Yang mayoritasnya muslim dan keseluruhannya membutuhkan intervensi baik secara reguler maupun momentum.

Kita berdiri,
Di antara ilusi potensi zakat tahun 2010 yang sebesar Rp 217 T atau setara 3,4 % dari PDB. Ilusi yang membengkak menjadi Rp 442T pada tahun 2016. Namun yang terkonsolidasi secara formal tidak sampai 1%. Ya, satu persen!

Kita berdiri,
Di negara aman tenteram namun sambil mendengar kepiluan dari saudara kita di tempat yang lain, baik Rohingnya, Syria, Palestina maupun belahan dunia lainnya.

Kita berdiri,
Di antara kepungan musuh baik dari produk, pola fikir, cara hidup maupun fitnah dan agitasi. Banyak secara jumlah namun miskin dalam kewibawaan dan daya tawar. Kita berencana menegakkan ekonomi umat sambil ngopi santai di kafe yang memihak pada penjajah Israel.

Kita berdiri,
Di ujung pilihan yang mengaminkan pendapat M Natsir, sambil menempatkan usulan Syarifudin Prawiranegara dalam ruang sepi. Sehingga kenyataan hari ini ekonomi umat lemah tapi secara politik juga tidak gagah.

Kita berdiri,
Dalam keyakinan yang tidak mengakar dan setengah-setengah, uraian lisan yang panjaaaaaang, serta gerak amal yang miskin dan membabi-buta. Tidak mau dipimpin oleh orang yang bertaqwa namun abai membangun kapasitas kepemimpinan.

Kita berdiri,
Di antara pilar kekuatan umat yang tercerai-berai: ilmunya para ulama, adilnya penguasa, kedermawanan orang kaya, dan doanya _fuqara._

Kita berdiri,
Dalam keadaan satu sama lain sibuk memikirkan dirinya sendiri, berat untuk sekedar menyisihkan rizki bagi sesama, namun sambil berdoa tidak putus agar Allah melimpahkan keberkahan pada harta kita.

Kita berdiri,
Berteriak sepanjang tahun mengaku sebagai muslim, namun menutup setiap akhir tahunnya dengan perayaan ala penganut 3 keyakinan sekaligus melalui lonceng, terompet dan percikan api.

Kita berdiri,
Sebagai sosok muslim yang berhenti berproses pada kondisi penuh kekurangan dalam adab, ilmu, ibadah dan ketaatan, namun berharap memiliki anak penghafal Quran, rajin sholat, sholeh dan kelak senantiasa mendoakan kita.

Kita berdiri,
Dalam kebisuan total dari banyaknya pernikahan karena kehamilan, orang kecil yang tidak puasa Ramadhan, jemaah khutbah jumat yang ketiduran, dan antrean panjang selebriti karbitan. 

Kita berdiri,
Di tengah tumpukan koleksi sajadah, aplikasi Quran digital, banyaknya pilihan masjid, dan selaksa proposal hajat umat yang keseluruhannya menunggu sentuhan kita. Tapi nyaris betul-berul kita hanya berdiri. _Wallahu'alam._

Catatan *Dwi Iqbal Noviawan*, General Manager YBM BRI, dalam Refleksi Akhir Tahun FOZ: Review 5 Tahun UU Zakat.

0 komentar:

Posting Komentar